Jakarta, 16 Oktober 2025 — Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kasih Bangsa terus memperkuat perannya dalam pengembangan literasi bisnis digital dengan menyelenggarakan webinar bertajuk “Merger, Acquisition, IPO for Startup Survival” pada Kamis, 16 Oktober 2025.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber ahli di bidang ekonomi dan bisnis, Dr. Septiana Estri Ayu Mahani, SE., M.Si, yang membahas secara mendalam mengenai strategi merger, akuisisi, dan penawaran umum perdana (IPO) sebagai langkah penting dalam mempertahankan keberlangsungan dan pertumbuhan startup di tengah persaingan global yang semakin ketat.

Webinar ini dibuka oleh Bapak Ir. A. Sigit Pramono Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen STIE Kasih Bangsa. Beliau mengatakn bahwa Dalam dunia bisnis modern yang dinamis, merger, akuisisi, dan penawaran umum perdana (IPO) telah menjadi strategi penting bagi startup untuk mempertahankan eksistensi dan memperkuat posisi di pasar. Ketiga langkah strategis ini tidak hanya membantu perusahaan mengatasi tantangan pendanaan dan persaingan, tetapi juga membuka peluang kolaborasi, ekspansi, serta peningkatan nilai perusahaan. Melalui sinergi dan pengelolaan yang tepat, merger, akuisisi, dan IPO mampu menjadi kunci bagi startup untuk bertahan dan tumbuh di tengah perubahan ekonomi yang cepat dan kompetitif.
Dalam lanskap ekonomi digital saat ini, merger, akuisisi, dan IPO telah menjadi strategi utama bagi banyak startup untuk bertahan dan berkembang. Berdasarkan laporan CB Insights 2025, sekitar 65% startup global memilih merger atau akuisisi sebagai langkah penyelamatan bisnis setelah menghadapi tekanan modal atau penurunan valuasi. Strategi ini memungkinkan perusahaan menggabungkan kekuatan sumber daya, teknologi, dan pasar guna menciptakan efisiensi operasional serta memperluas jangkauan bisnis.
Sementara itu, data dari Crunchbase Startup Report 2024 menunjukkan bahwa IPO menjadi salah satu indikator kedewasaan startup, di mana perusahaan rintisan yang berhasil melantai di bursa saham mengalami peningkatan rata-rata pendapatan sebesar 47% dalam dua tahun pertama pasca-IPO. Hal ini membuktikan bahwa membuka akses ke publik melalui pasar modal tidak hanya meningkatkan modal finansial, tetapi juga kepercayaan investor dan pelanggan terhadap merek perusahaan.
Selain itu, laporan PwC Global Deal Report 2025 menyoroti bahwa merger dan akuisisi antar-startup di Asia Tenggara meningkat sebesar 28% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan tren kolaborasi sebagai bentuk adaptasi terhadap tantangan ekonomi dan disrupsi teknologi. Di Indonesia, fenomena ini terlihat dari beberapa contoh sukses seperti akuisisi startup teknologi oleh perusahaan besar yang memperkuat ekosistem digital nasional.

Dalam pemaparannya, Dr. Septiana Estri Ayu Mahani, SE., M.Si menjelaskan bahwa merger, akuisisi, dan IPO merupakan tiga strategi korporasi yang memiliki peran penting dalam menentukan arah pertumbuhan startup. Ia menegaskan bahwa merger dan akuisisi bukan sekadar langkah penyelamatan bisnis, melainkan strategi sinergis untuk memperluas kapasitas, memperkuat inovasi, serta memperluas basis pelanggan. “Startup harus melihat merger dan akuisisi sebagai kolaborasi strategis, bukan tanda kegagalan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dr. Septiana memaparkan bahwa IPO dapat menjadi tonggak penting dalam perjalanan startup menuju tahap pertumbuhan lanjutan. Namun, ia menekankan bahwa proses menuju IPO membutuhkan kesiapan keuangan, tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), serta transparansi dalam pelaporan keuangan. “IPO bukan tujuan akhir, melainkan awal dari komitmen baru terhadap kepercayaan publik dan akuntabilitas bisnis,” tambahnya.
Dalam sesi penutupnya, Dr. Septiana menyoroti pentingnya kesiapan mental dan manajerial para pendiri startup dalam menghadapi proses transformasi tersebut. Menurutnya, keberhasilan merger, akuisisi, maupun IPO bergantung pada kemampuan tim dalam beradaptasi terhadap perubahan struktur organisasi dan dinamika pasar. Ia mengajak para mahasiswa untuk memahami konsep ini sejak dini agar mampu menjadi generasi pemimpin bisnis yang adaptif dan visioner. “Startup yang bertahan bukan yang paling kuat, tetapi yang paling cepat beradaptasi,” pungkasnya.

Webinar ini berlangsung dengan interaktif dan menarik, diikuti oleh peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, serta pelaku usaha muda dari berbagai daerah di Indonesia. Diskusi seputar strategi merger, akuisisi, dan IPO membuka wawasan baru bagi peserta mengenai pentingnya inovasi dan kolaborasi dalam menjaga daya saing bisnis di era globalisasi.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, STIE Kasih Bangsa berharap dapat terus berperan aktif dalam membekali mahasiswa dengan pengetahuan praktis dan strategis di bidang manajemen keuangan dan korporasi. Melalui pemahaman yang mendalam tentang merger, akuisisi, dan IPO, para mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan startup yang tangguh, adaptif, dan siap bersaing di kancah nasional maupun internasional.

