Seminar Nasional Inkubasi Bisnis & Investasi “From Creative Idea, Market Validation and Startup”

Perjalanan membangun sebuah startup tidak lagi hanya soal ide yang brilian. Di tengah ketatnya persaingan industri teknologi dan tantangan pendanaan global, validasi pasar menjadi tahapan krusial yang menentukan apakah sebuah ide layak dikembangkan menjadi bisnis yang berkelanjutan.

Indonesia, dengan lebih dari 2.500 startup aktif dan 11 unicorn, terus mencatat pertumbuhan pesat di sektor digital. Namun, menurut laporan Tracxn tahun 2024, total pendanaan untuk startup Indonesia turun drastis hingga 61% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menegaskan pentingnya pendekatan berbasis data dan kebutuhan pasar dalam membangun bisnis baru. 

Keynote Speaker: Ir. A. Sigit Pramono Hadi, M.Si.

Menyadari potensi dan tantangan ini, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kasih Bangsa mengadakan Webinar dengan Judul From Creative Idea, Market Validation and Startup melalui platform Zoom pada tanggal 29 April 2025. Sigit Pramono Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen STIE Kasih Bangsa membuka webinar ini dengan penuh semangat. Webinar ini menghadirkan 3 (tiga) Narasumber hebat yaitu Dr. Puji Subekti, S.Si., M.Si selaku Kepala Lembaga Inkubator Bisnis Asia Malang, Dr. Bambang Eko Samiono, SYLT., MM CHRP selaku Dosen Universitas Islam Al Azhar Indonesia dan Helmi Zamrudiansyah selaku manajer inkubator bisnis mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember

“Di fase awal, ide kreatif memang penting. Tapi tanpa validasi pasar yang konkret, startup berisiko gagal di tengah jalan,” ujar Sigit Pramono Hadi . Program pemerintah seperti Baparekraf for Startup (BEKUP) dan HUB.ID dari Kominfo turut memperkuat ekosistem validasi pasar. Dalam dua tahun terakhir, program-program ini berhasil mendampingi ratusan startup melalui pelatihan, inkubasi, hingga pertemuan dengan calon investor dan mitra industri. Kemenparekraf mencatat, startup peserta BEKUP mampu meningkatkan pendapatan hingga 15 kali lipat setelah mengikuti program.

Sementara itu, startup yang berhasil menunjukkan traksi pasar dan model bisnis berkelanjutan tetap mendapat perhatian investor, meski dalam kondisi “tech winter”. Sektor yang saat ini menjadi incaran utama pendanaan meliputi fintech, edtech, healthtech, dan energi terbarukan Narasumber I:Dr. Puji Subekti, S.Si., M.Si. 

“Investor kini lebih fokus pada startup dengan jalur jelas menuju profitabilitas, bukan sekadar pertumbuhan agresif,” jelas Dr. Puji Subekti, S.Si., M.Si selain itu beliau menambahkan bahwa proses validasi pasar tidak lagi menjadi pilihan, melainkan keharusan. Metode seperti customer development, uji coba MVP (Minimum Viable Product), dan pendekatan lean startup menjadi kunci untuk menyesuaikan produk dengan kebutuhan nyata konsumen 

Narasumber II: Dr. Bambang Eko Samiono.

Melihat perkembangan ini, transformasi ide kreatif ke bisnis yang sukses kini bukan lagi mimpi. Dengan pendekatan yang terstruktur, strategi validasi yang tepat, dan kolaborasi lintas sektor, para inovator muda Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan solusi berdampak — baik secara ekonomi maupun sosial ujar Dr. Bambang Eko Samiono, SYLT., MM CHRP.

Perjalanan membangun sebuah startup tidak lagi hanya soal ide yang brilian. Di tengah ketatnya persaingan industri teknologi dan tantangan pendanaan global, validasi pasar menjadi tahapan krusial yang menentukan apakah sebuah ide layak dikembangkan menjadi bisnis yang berkelanjutan.

Indonesia kini menempati peringkat ke-6 dunia dalam jumlah startup, dengan total 2.566 perusahaan rintisan aktif per Juli 2024. Namun, meskipun jumlahnya meningkat, total pendanaan startup di Indonesia mengalami penurunan signifikan. Laporan Tracxn mencatat bahwa pada tahun 2024, total pendanaan hanya mencapai US$693 juta dari 78 putaran, menurun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Ekosistem startup Indonesia mengalami penurunan pendanaan yang signifikan. Pada 2024, total pendanaan turun 75% menjadi $323 juta dibandingkan tahun sebelumnya . Faktor-faktor seperti tingginya biaya modal, penurunan valuasi startup, dan tantangan dalam mencapai profitabilitas membuat investor lebih berhati-hati Dalam menghadapi tantangan pendanaan, fokus pada validasi pasar dan jalur menuju profitabilitas menjadi kunci 

Narasumber III: Helmi Zamrudiansyah

Investor kini lebih selektif, mencari startup dengan proposisi nilai yang jelas, model bisnis yang skalabel, dan strategi pertumbuhan yang berkelanjutan. Era “bakar uang” telah bergeser menuju pendekatan yang lebih konservatif dan berorientasi pada hasil nyata menurut Helmi Zamrudiansyah

Meskipun menghadapi tantangan pendanaan, fokus pada validasi pasar dan jalur menuju profitabilitas menjadi kunci. Investor kini lebih menghargai startup dengan unit economics yang sehat dan strategi monetisasi yang berkelanjutan. Pendiri startup diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang pasar dan pelanggan mereka, serta model bisnis yang sederhana namun tangguh.

Perjalanan dari ide kreatif menuju startup yang sukses tidak cukup hanya mengandalkan inovasi semata, tetapi juga membutuhkan validasi pasar yang kuat dan strategi bisnis yang terukur. Di tengah menurunnya pendanaan global dan makin ketatnya persaingan, startup dituntut untuk memahami kebutuhan pasar secara mendalam, membangun produk yang relevan, serta menunjukkan model bisnis yang berkelanjutan dan mampu menghasilkan profit.

Ekosistem startup Indonesia memiliki potensi besar, ditunjang oleh jumlah startup yang terus bertambah dan berbagai dukungan dari pemerintah serta sektor swasta. Namun, untuk bertahan dan berkembang, setiap ide harus melalui proses validasi yang nyata — bukan hanya berdasarkan asumsi, melainkan berdasarkan data, eksperimen pasar, dan umpan balik dari pengguna.

Dengan pendekatan yang sistematis, pemanfaatan program inkubasi dan akselerasi, serta fokus pada kebutuhan pelanggan, para pendiri startup di Indonesia dapat mengubah ide kreatif mereka menjadi solusi nyata yang berdampak bagi masyarakat dan ekonomi digital bangsa

Foto Besama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.