Dalam dunia startup yang sedang berkembang pesat, membangun tim yang solid bukan sekedar merekrut talenta terbaik. Namun, dibutuhkan strategi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang efektif dan terencana untuk menciptakan sinergi, mempertahankan budaya kerja yang sehat, serta mendukung pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan.
Banyak startup yang menjajikan gagal berkembang bukan karena kurangnya ide, tetapi karena lemahnya pengelolaan sumber daya manusia. Membangun tim yang solid dan adaptif menjadi tantangan utama dalam mempertahankan daya saing dan mendorong pertumbuhan bisnis. Untuk itu, maka dibutuhkanlah strategi HRM yang tepat.
Menyadari potensi dan tantangan ini, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kasih Bangsa mengadakan Webinar dengan Judul Building a Winning Team: HRM Strategis For Growing Startups yang diselenggarakan pada Sabtu, 17 Mei 2025 melalui platform Zoom.
Webinar ini terbuka untuk umum, terutama bagi mahasiswa, pelajar, pemilik startup, praktisi HR, dan pelaku UMKM yang ingin memahami lebih dalam bagaimana membentuk tim kerja yang efektif, menjaga produktivitas, serta membangun budaya kerja yang positif dalam ekosistem startup yang dinamis.
Ir. A. Sigit Pramono Hadi, M.Si selaku Ketua Prodi Manajemen sekaligus Keynote Speaker membuka webinar ini dengan penuh semangat. Bapak Sigit mengatakan bahwa 90% startup tumbang dalam waktu 3 tahun pertama. Hanya beberapa persen saja yang tumbuh dan menjadi unicorn. Selain itu, kegagalan startup dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Diantaranya karena inovasi yang di berikan ke market tidak menjawab persoalan Masyarakat, investasi para investor tidak cukup kuat untuk melalui, serta SDM, di mana pendiri startup berkolabolasi saling melengkapi, akan tetapi ada yang kurang melengkapi yang menjadi kontra produktif, disanalah persoalan HR penting untuk startup untuk bisa tumbuh secara eksponensial pada tahun berikutnya.
Selain Bapak Sigit Pramono Hadi, terdapat tiga narasumber yang berpengalaman, yaitu Dr. Ferryal Abadi, S.E., M.Sc., seorang dosen dan praktisi di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), Manajemen Pemasaran, serta Kewirausahaan di Universitas Esa Unggul. Kemudian, Dr. Didin Hikmah Perkasa, S.E., M.M, yang menjabat sebagai Ketua Program Studi S1 Manajemen dan memiliki keahlian di bidang Manajemen SDM serta Leadership, dengan pengalaman riset dan pengabdian masyarakat yang luas di bidang manajemen dan pemberdayaan masyarakat. Serta Dr. Dra. Paula Tjatoerwidya Anggarina, M.M., yang saat ini menjabat sebagai Kepala Kantor Humas Universitas Tarumanagara (Untar) dan baru saja meraih gelar Doktor Ilmu Manajemen, dengan disertasi tentang manajemen reputasi di perguruan tinggi swasta.
Ketiganya membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka kepada para peserta seminar tentang cara membangun tim yang unggul, merancang strategi manajemen SDM untuk startup yang sedang bertumbuh, serta bagaimana cara merealisasikannya.
Paula Tjatoerwidya Anggarina menjelaskan dalam buku Gary Dessler, 2024, bahwa strategi adalah pilihan untuk mengambil suatu action, terdapat tiga tahap pengelolaan strategi secara umum yang di dalamnya adalah strategi untuk mengelola SDM. Tahap pertama yang dilakukan perencanaan secara keseluruhan, dilakukan analisis lingkungan, analisis SWOT yang diperlukan, dan mulailah mengembangkan strategi yang cocok berdasarkan analisis dan diimplementasikan. Lalu, mengevaluasi strategi yang dilakukan efektif atau tidak.
Untuk menganalisis lingkungan, kita harus melihat kondisi ekonomi. Paula Tjatoerwidya Anggarina, memberikan contoh terkait tarif pajak, regulasi terkait tarif, regulasi ekspor impor, nilai mata uang inflasi dan implusif. Selain itu, melihat kondisi politik yang dapat mempengaruhi regulasi. Beliau mengatakan “dalam kondisi perang pemerintah akan membuat regulasi yang kemungkinan berdampak pada pertumbuhan ekonomi atau perkembangan perekonomian”. Serta melihat kondisi sosial demografi. Berdasarkan jumlah statistik, Indonesia mencapai 285 juta dari Generasi Milenial mencapai 69,38 juta (25,87%), dan Generasi Z mencapai 79,93 juta (27,94%), yang merupakan suatu tantangan dan bisa menjadi suatu ancaman.
Setiap perusahaan berharap memiliki karyawan yang berkompetensi, dan berperilaku baik. Adapun strategi kebijakan HRM seperti yang dibicarakan Ferryal Abadi perlu dilakukannya perencanaan SDM untuk menjalankan bisnis, seperti recruitment, pelatihan dan pengembangan, kompensasi, evaluasi, penghargaan, karir, yang dapat meretensi karyawan.
Paula Tjatoerwidya Anggarina memberikan pendapat bahwa praktik digital SDM saat ini mengalami pergeseran dikarenakan perkembangan teknologi digital dan sosial media. Praktik SDM tersebut juga mengikuti untuk bisa bertahan dalam bisnis. Beliau memberikan contoh terkait recruitment dan seleksi melalui online. Serta training and development.
Kesimpulannya dalam membangun tim yang handal dalam bisnis dibutuhkan kebiajakan dan analisis SDM sesuai analisis lingkungan yang dilakukan, sesuai dengan visi misi strategi bisnis secara menyeluruh agar bisnis menjadi unggul, mampu bersaing untuk keberlanjutan bisnis.
Didin Hikmah Perkasa mengatakan pentingnya membangun tim yang kuat dalam perusahaan, yaitu dengan butuh tim yang solid. Karena, tim tersebut mampu meningkatkan produktivitas dan mendorong inovasi dalam perusahaan, dengan cara kolaborasi efektif, mengurangi miss komunikasi konflik internal, serta mendapatkan produktivitas yang tinggi.
Selain itu, Didin Hikmah Perkasa juga mengatakan untuk dapat membangun tim kuat budaya kerja yang baik, dapat menarik talenta yang baik dan mempertahankan karyawan yang ada. Hal lain membangun tim yang kuat, yaitu keberhasilan jangka panjang akan bergantung pada kolaborasi, dan tim yang beragam akan mendapatkan perspektif baru yang akan memperkaya keputusan bisnis dan strategi.
Beberapa strategi HRM untuk startup, diantaranya program pelatihan berkelanjutan, yang mampu meningkatkan keterampilan karyawan dan mampu beradaptasi terhadap perusahaan. Beliau juga mengatakan “mengapa program pelatihan berkelanjutan itu penting untuk perusahaan untuk statups” beliau menjawab agar dapat meningkatkan keterampilan karyawan agar tidak jenuh dan bosan. Bisa dengan kemampuan teknis soft skills yang dapat mendukung pertumbuhan perusahaan. Selain itu dengan mendukung adaptasi dengan perubahan, dengan adanya program pelatihan berkelanjutan tentu dunia startups akan semakin dinamis.
Didin Hikmah Perkasa juga menjelaskan perekrutan talenta akan meminimalkan resiko turnover. Karena, dengan adanya terbentuknya tim, tentu memiliki tujuan yang sama. Jadi recruitment yang tepat sejak awal akan mengurangi biaya akibat kinerja karyawan yang tidak cocok. Lingkungan kerja yang inklusif, dapat mendorong partisipasi aktif (merasa dihargai dan memiliki ruang untuk berkontribusi), serta dapat meningkatkan kolaborasi tim. Selain itu, tantangan dari tim startups yaitu, adanya tingginya turnover karyawan yang dapat menghambat aktivitas dan moral kerja, keterbatasan sumber daya, kesulitan menciptakan budaya positif, serta menjaga komunikasi yang efektif diantara anggota tim yang terus bertambah.
Dengan adanya membangun tim unggul di startups, yang dapat berinvestasi dalam tim unggul yaitu investasi jangka panjang yang paling penting di startups, belajar dari banyaknya startups yang tumbang dan sukses. Karena, investasi tim unggul penting untuk asset inti setiap tahap partumbuhan startups dan menjadi pendorong utama baik, inovasi, maupun ekslusif pertumbuhan bisnis. Melakukan strategi HRM yang tepat, berkomitmen dalam pemimpin untuk menciptakan budaya kerja yang positif, serta melakukan pendekatan yang tepat, dapat membangun tim yang tidak hanya berhasil, tetapi juga bertahan dalam jangka panjang.
Ferryal Abadi mengatakan tantangan mengelola perusahaan (Human Resources) memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dalam pengelolaan-nya merupakan challenge tersendiri. Dan Ketika mengelola SDM, maka akan banyak timbul konflik. sehingga pengelolaan SDM menjadi aspek yang sangat penting. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat agar perbedaan-perbedaan tersebut dapat diselaraskan untuk mencapai visi, misi, dan tujuan bisnis perusahaan.
Selain itu, startups yang mulai dikembangkan akan rentan dengan konflik. Penyebabnya bisa karena, sumber daya manusia, founder-nya pecah, dan terlihat profit. Apabila sudah terlihat profit, maka rasa ingin memiliki yang akhirnya bisnis tersebut akan pecah yang menyebabkan bisnis tidak berkelanjutan. Beliau juga mengatakan, apabila ia melewati fase-fase konflik dengan founder lain, maka akan mengalami fase mengelola karyawan, yang dimana di dalam sumber daya manusia ada operasionalisasi SDM yang fokus dalam pelaksanaan sehari-hari, mulai dari recruitment hingga pensiun.
Dengan adanya aktifitas startups dalam fase tertentu akan dilihat perkembangan perekrutan, pelatihan, penilaian kinerja, manajemen kompensasi, dan pengembangan karir yang semisalnya karyawan tersebut masih baru dan struktur organisasinya tidak besar yang dampaknya pengembangan karir tidak luas sebesar perusahaan besar, yang berdampak pada karyawan mengalami kejenuhan.
Selain itu, Ferryal Abadi juga mengatakan ketika mendirikan usaha, semakin banyak orang yang terlibat maka tingkat kegagalan tinggi, apabila semakin orang yang terlibat, maka akan semakin tinggi keberhasilannya. Dan founder tersebut harus memiliki peran visioner yang mampu melihat peluang dan strategi jangka panjang dalam bisnis, memiliki inspiratif, pengambilan keputusan, berorientasi pada pertumbuhan, keterampilan negoisasi, serta berjiwa pemimpin.