Di era digital yang serba cepat ini, semangat kewirausahaan sedang membara di seluruh dunia,
tak terkecuali di Indonesia. Banyak individu berbakat dan inovatif terdorong untuk
membangun startup mereka sendiri, melihat peluang besar untuk menciptakan dampak,
menyelesaikan masalah, dan meraih kesuksesan finansial. Berbagai program akselerator,
inkubator, dan dukungan pemerintah semakin mempermudah langkah awal bagi para calon
founder untuk merealisasikan ide-ide mereka. Media massa dan kisah-kisah sukses startup
unicorn juga turut menumbuhkan optimisme bahwa membangun sebuah startup adalah jalan
yang menjanjikan.
Namun, di balik gemerlapnya kisah sukses dan antusiasme awal, realitas dunia startup jauh
lebih kompleks dan penuh tantangan. Membangun sebuah startup dari nol—mulai dari
menemukan ide yang tepat, membentuk tim, mengembangkan produk, hingga mendapatkan
pendanaan awal—sudah merupakan perjuangan yang tidak mudah. Statistik menunjukkan
bahwa banyak startup gagal di fase-fase awal karena berbagai alasan, seperti kurangnya
product-market fit, masalah tim, atau kehabisan modal.
Menyadari potensi dan tantangan ini, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kasih Bangsa
mengadakan Webinar dengan Judul Build Startup Isn’t Easy But Maintain Startup More Is
Difficult yang diselenggarakan pada Sabtu, 31 Mei 2025 melalui platform Zoom.
Webinar ini terbuka untuk umum, terutama bagi mahasiswa, pelajar, pemilik startup, praktisi
HR, dan pelaku UMKM yang ingin memahami lebih dalam setelah berhasil membangun
produk, mendapatkan pelanggan, dan mungkin meraih pendanaan, startup dihadapkan pada
fase pemeliharaan dan pertumbuhan berkelanjutan. Ini adalah masa di mana founder harus
menghadapi persaingan yang ketat, mengelola keuangan dengan bijak, berinovasi secara
konstan, menjaga moral tim, dan beradaptasi dengan perubahan pasar yang dinamis.
Ir. A. Sigit Pramono Hadi, M.Si selaku Ketua Prodi Manajemen sekaligus Keynote Speaker
membuka webinar ini dengan penuh semangat. Bapak Sigit mengatakan bahwa dari sekian juta
start-up di seluruh dunia, hampir 90% yang kemudian mati dan tumbang dalam kurun waktu 3
tahun dan 10% nya tumbuh. Tidak mudah bagaimana memelihara startup ini menjadi
perusahaan yang sehat. Beberapa aspek yang menyebabkan tumbangnya startup ini setidaknya
ada 3, yaitu:
1. Investasi, tidak mudah pendanaan yang dibutuhkan untuk menumbuhkan startup ini agar
menjadi perusahaan yang sehat dan menjadi mandiri.
2. Inovasi, startup ini bisa tumbuh jika ide/inovasinya benar-benar menjawab persoalan
konsumen/masyarakat.
3. Komitmen para SDM yang mengawali dan menumbuhkan kembangkan startup tadi. Untuk
dapat memelihara komitmen ketika meluncurkan startup ini, mulai muncul problem di dalam
kelompok mereka sendiri, ketika perusahaannya sudah established, semuanya harus sudah
tertangani dengan baik dan tentunya itu tidak mudah.
Selain Bapak Sigit Pramono Hadi, terdapat tiga narasumber yang berpengalaman, yaitu Kak
Anita Juwita, S.E., M.B.A, dengan lebih dari 5 tahun pengalaman di bidang Akuntansi,
Keuangan, dan Treasury, khususnya di industri manufaktur dan pendidikan, beliau telah
berperan dalam berbagai posisi seperti Pengajar Akuntansi/Keuangan, Accounting & Finance
Manager, hingga Auditor. Pengalaman beliau mencakup pengelolaan proyek keuangan, hingga
pelaksanaan audit internal. Dan Kak Deiby N.F Tiwow, saat ini beliau aktif sebagai Dosen di
Fakultas Ilmu Pendidikan Unika De La Salle Manado, sekaligus menjabat sebagai Kepala
Inkubator Bisnis di universitas yang sama. Pengalaman beliau mencakup pendampingan
program kewirausahaan, termasuk Fasilitator dalam Program Road To Be Young Entrepreneur
yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM.
Anita Juwita mengatakan bahwa proses kewirausahaan melibatkan pengembangan peluang,
pengumpulan sumber daya, pengelolaan dan pembangunan operasi, semuanya dengan tujuan
menciptakan nilai. Tahapan dalam proses kewirausahaan meliputi: Ideation (pembentukan ide),
Opportunity Analysis (analisis peluang), Business Planning (perencanaan bisnis), Startup
(memulai), dan Execution (pelaksanaan).
Startup melalui beberapa tahapan pertumbuhan, yaitu: Development (pengembangan), Startup
(memulai), Survival (bertahan hidup), Rapid Growth (pertumbuhan pesat), dan Early Maturity
(kematangan awal).
Tingkat kegagalan startup yang tinggi merupakan subjek penelitian yang persisten dalam
kewirausahaan. Sekitar 60% hingga 90% startup gagal dalam beberapa tahun pertama operasi
mereka. Salah satu alasan utama kegagalan adalah kurangnya permintaan pasar (lebih dari 42%
startup gagal karena produk atau layanan mereka tidak memenuhi kebutuhan pelanggan).
Lebih dari 60% kegagalan berasal dari faktor-faktor terkait manusia seperti manajemen yang
buruk dan ketidakmampuan untuk mencari atau memanfaatkan sumber daya secara efektif.
Anita Juwita juga mengatakan bahwa “Valley of death” dalam kewirausahaan mengacu pada
tahap awal yang kritis dimana perusahaan menghadapi risiko kegagalan tinggi karena
kurangnya pendapatan dan tingkat pengeluaran yang tinggi. Penghentian bisnis sangat
terkonsentrasi pada tahun-tahun awal, terutama dalam transisi dari startup ke tahap survival.
Sebagian besar kegagalan startup terjadi pada tahap survival awal karena manajemen arus kas
yang buruk dan kurangnya akses ke modal kerja.
Contoh kegagalan startup di Indonesia disorot, seperti Zenius yang berhenti beroperasi pada
Januari 2024 dan Halodoc yang melakukan PHK karyawan pada November 2023.
Perkembangan startup di Indonesia dari 2020-2024 menunjukkan peningkatan inovasi digital
pada tahun 2020, puncak permintaan produk digital (edutech dan healthtech) pada tahun 2021,
konsolidasi pada tahun 2022, dan penurunan signifikan dengan banyak startup yang gagal
bertahan pada tahun 2023-2024.
Penyebab kegagalan startup meliputi: manajemen kas yang negatif, validasi produk yang
negatif, ketergantungan tinggi, kurangnya sumber daya manusia, dan ketidakmampuan
beradaptasi. Masalah lain yang disebutkan adalah ekspansi berlebihan yang menyebabkan
keuntungan lebih sedikit, fokus pasar, ketidakmampuan beradaptasi, dan arus kas yang rendah.
Juga disebutkan adanya penurunan kebutuhan, rendahnya kepercayaan, persaingan, dan
layanan kesehatan.
Praktik Terbaik untuk Mempertahankan Startup (Best Practice to Maintain Startup)
• Mengevaluasi ulang produk.
• Mengurangi biaya retensi.
• Manajemen arus kas.
• Menggunakan data metrik untuk pengambilan keputusan.
• Kolaborasi/kemitraan.
Deiby N.F Tiwow mengatakan bahwa memulai startup bisa di mulai dengan adanya ide brilian,
semangat tinggi, minim risiko eksternal (belum ada pelanggan atau tim besar), dan fokus pada
produk serta validasi pasar awal. Tantangannya yaitu mencari masalah yang tepat untuk
dipecahkan, validasi ide ke pasar (market validation), membentuk tim awal yang kompak dan
tangguh, minim dana (mengandalkan bootstrap atau hibah kecil), dan membuat MVP
(Minimum Viable Product).
Selain itu, Deiby N.F Tiwow juga mengatakan bahwa menjaga startup (scale & sustain) itu
dengan cara berhadapan dengan dinamika tim, arus kas, dan pertumbuhan pengguna; harus
menjawab tuntutan pasar, investor, dan operasional. Lalu risikonya adalah Burnout, pivot yang
berulang, kehilangan arah visi.
Deiby N.F Tiwow juga mengatakan bahwa tantangan saat menjaga dan mengembangkan
startup itu sebagai berikut:
1. Scale Operation: Memastikan operasional berjalan efisien saat pelanggan bertambah,
membangun SOP, melakukan hiring, dan pelatihan tim.
2. Cash Flow dan Revenue: Startup bisa tumbuh tapi tetap mati karena arus kas negatif; harus
fokus pada monetisasi dan keberlanjutan (sustainability).
3. Culture dan Kepemimpinan: Tim yang makin besar memungkinkan konflik terjadi;
kepemimpinan harus berkembang seiring waktu.
4. Kompetitor dan Pasar: Pasar berubah cepat; munculnya kompetitor baru dengan ide lebih
baik atau pendanaan lebih besar.
Kesimpulan
1. Membangun startup memang sulit, tetapi menjaga dan mengembangkan jauh lebih
kompleks. Kesuksesan startup tidak hanya tentang ide, tapi tentang eksekusi yang konsisten
dan adaptif. Founder harus siap menghadapi dinamika baru setelah produk awal berhasil.
2. Startup perlu membangun sistem yang berkelanjutan. Startup memerlukan disiplin
keuangan, sensitivitas pasar, dan inovasi untuk bertahan hidup. Startup yang sukses tumbuh
dengan cepat, tetapi juga menyesuaikan diri di bawah tekanan pasar.
3. Membangun startup itu sulit, mempertahankannya jauh lebih menantang, membutuhkan
manajemen yang cermat, adaptasi terhadap perubahan pasar, dan strategi keuangan yang
kuat.